Makalah Geografi : Meletusnya Gunung Krakatau Tahun 1883


MAKALAH TOPIK GEOGRAFI
MELETUSNYA GUNUNG KRAKATAU TAHUN 1883


Gambar terkait

TOPIK PENELITIAN

1.     Dampak Letusan Gunung Krakatau Tahun 1883
2.     Masalah Banjir yang Terjadi di Ibukota Beserta Akibatnya Bagi Penduduk Jakarta
3.     Dampak Kekeringan yang Terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta
4.     Dampak Erupsi Merapi Tahun 2010 Terhadap Kondisi Lingkungan Desa Cangkirngan
5.     Zonasi Daerah Rawan Tanah Bergerak di Tasikmalaya
6.     Pengaruh Urbanisasi Terhadap Perkembangan Desa Tanjungsari
7.     Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Keluarga Harapan di Kelurahan Cipedes
8.     Pengaruh Pencemaran Air Sungai Terhadap Produktivitas Pertanian Padi Di Desa Mulyasari
9.     Faktor-Faktor Penyebaran Deposit Mineral Batu Bara di Indonesia
10.                        Gotong Royong Dalam Kaitannya Dengan Pembangunan Masyarakat Desa
11.                        Analisis Pola Pembangunan Pertanian Lahan Basah di Desa Kertajaya
12.                        Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Naga Dalam Kaitannya Dengan Keberlanjutan Lingkungan.
13.                        Sejarah Tradisi Seren Taun di Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
14.                        Pengaruh Tsunami Aceh Terhadap Penduduk Indonesia
15.                        Krisis Air Bersih di Ponorogo Akibat Kekeringan
16.                        Penanggulangan Permasalahan Kependudukan di Indonesia
17.                        Pembangunan Jalan Desa Kaitannya Dengan Pola Kehidupan Sosial Masyarakat.
18.                        Efektifitas Bussway Sebagai Moda Transportasi Massa di Jakarta.
19.                        Ruang Lingkup Mobilitas Penduduk
20.                        Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

Topik yang dipilih adalah Dampak Letusan Gunung Krakatau Tahun 1883.




KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasullullah S.A.W karena berkah rahmat serta hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “TOPIK PENELITIAN GEOGRAFI” ini.
Makalah ini merupakan tugas Geografi untuk mengetahui cara membuat makalah penelitian geografi. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang memberi bantuan, dorongan, dan arahan kepada penyusun. Ucapan terimakasih tersebut kami sampaikan kepada:
1. Bapak Abdul Ghafar selaku guru geografi yang telah memberi amanah untuk membuat makalah ini.
2. Teman-teman yang telah mendukung selama pengerjaan makalah.
Teman-teman SMA Negeri 48 Jakarta Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 8 Oktober 2018


Penulis









BAB I.
PENDAHULUAN

1.1Hipotesis
Krakatoa eruption lithograph.jpg Krakatau, adalah nama sebuah gunung api yang begitu menggema di benak masyarakat Indonesia. Gunung ini merupakan kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Dampak dahsyat letusan Krakatau 132 tahun lalu yaitu pada tanggal 26-27 Agustus 1883, menjadi cerita turun temurun yang begitu fenomenal bagi masyarakat Indonesia. Kala itu, bencana meletusnya Gunung Krakatau menjadi catatan bencana gunung meletus terbesar dan paling mematikan sepanjang sejarah peradaban modern manusia. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan wave yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, wave ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, State dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom Corpuscle yang diledakkan di Hiroshima dan Metropolis di akhir Perang Dunia II (Richard, 1952).
Dampak yang ditimbulkan bukan hanya tsunami saja, abu letusan Gunung Krakatau menyelimuti atmosfer menyebabkan berkurangnya intensitas sinar dan cahaya matahari yang jatuh ke permukaan bumi. Kondisi ini bertahan hingga hampir satu tahun lamanya. Efek jangka panjangnya adalah matahari terlihat redup selama setahun serta turunnya suhu udara secara global hingga abad ke-20 (Film Dokumentasi Krakatoa The Last Day (produksi BBC).
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York. Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Krakatau
 
Berkas:Indonesia relief location map.jpg
Letak Gunung Krakatau
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.
Berdasarkan letusannya tersebut. Gunung Krakatau dimasukkan ke dalam tipe kaldera vulkanik  dengan cirri-ciri erupsi berupa eksplosif dengan daya letusan yang sangat besar karena konsentrat magma kental,tekanan gas tinggi, dan dapur magma yang dalam. Ciri khas erupsi tipe Pelee adalah pembentukan awan pijar (miee ardene).
Dalam Data Dasar Gunung Api di Indonesia hasil rangkuman dari Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, dan Direktorat Vulkanologi, Krakatau saat itu melepaskan energi satu juta lebih besar dari pada bom hidrogen. Dahsyatnya kekuatan ini menimbulkan tsunami yang diperkirakan mencapai lebih dari 36 meter dan menyebabkan kematian bagi puluhan ribu manusia.
Di dalam daftar Volcanic Explosivity Index (VEI), letusan Gunung Krakatau berada di skala 6 dan 8 yang berarti letusannya tergolong dahsyat dengan materi vulkanik yang terlempar lebih dari 10 km2. Menurut erupsi ini akan terulang kembali dalam peride lebih dari 100 tahun. Sehingga dibutuhkan pengetahuan dasar dalam memitigasi terjadinya erupsi Gunung Krakatau ini.

1.2   Rumusan Masalah
·         Bagaimana Gunung Krakatau bisa meletus?
·         Bagaimana ledakan Gunung Krakatau besar?
·         Bagaimana proses munculnya anak Krakatau?
·         Bagaimana perubahan bentuk Pulau Jawa dan Pulau Sumatera sebelum dan sesudah Krakatau meletus?
·         Bagaimanakah kaldera itu?

BAB II.
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Gunung Krakatau
            2.1.2 Sebelum Tahun 1883
Krakatau Sebelum 1883
            Gunung Krakatau terletak pada Cincin Api, zona vulkanik aktif yang terkenal. Krakatau merupakan salah satu dari gunung api di busur vulkanik Sunda. Gunung api ini dibentuk oleh subduksi lempeng India-Australia. Terjadi peregangan di tengah Selat Sunda. Pada masa prasejarah, terbentanglah sebuah gunung berapi dengan ketinggian 2.000mdpl. Letusan yang terjadi pada tahun 416 Masehi menghancurkan dan menenggelamkan lebih dari 2/3 bagian Krakatau yang akhirnya menyisakan 3 pulau kecil, yaitu Rakata, Panjang, dan Sertung.
            Kisah dahsyatnya letusan Gunung Krakatau yang pernah terjadi di tahun 416 Sebelum Masehi. Cerita ini dilukiskan dalam Kitab Pustaka Raja Purwa. Kitab ini melukiskan dahsyatnya dampak yang ditimbulkan oleh letusan Krakatau hingga mampu memisahkan Pulau Jawa dan Sumatera. Tulisan ini membuat banyak ahli percaya bahwa kedua pulau ini merupakan satu rangkaian.

"Suara menggelegar datang dari Gunung Batuwara (sekarang Pulosari), yang dijawab dengan suara serupa dari Gunung Kapi (Krakatau). Pijaran api menggelora, hingga mencapai langit, keluar dari gunung itu. Seluruh dunia terguncang dan suara guntur terus menggelegar, bersamaan dengan hujan deras dan kilat di tempat itu, tapi air itu bukan memadamkan api di Gunung Kapi, malah mengobarkan api lebih dahsyat. Suaranya sangat menakutkan, hingga membuat Gunung Kapi hancur berkeping-keping hingga ke dalam bumi. Air laut mulai membanjiri daratan, daerah di timur Batuwara hingga Rajabasa (gunung berapi di selatan Sumatera), tenggelam ke dalam laut. Kehidupan di bagian utara Sunda hingga ke Gunung Rajabasa tenggelam dan menghanyutkan harta benda mereka. Api telah memenuhi daratan itu, di mana Kapi telah berubah menjadi laut, dan Jawa dan Sumatera terbelah menjadi dua bagian."

Tulisan ini pernah menjadi pegangan bagi sejumlah ahli di dunia untuk menggambarkan betapa dahsyatnya letusan tersebut di masa lalu. Meski begitu, dalam penelitian yang dilakukan David Keys, Ken Wohletz dan rekan-rekannya meyakini tanggal yang tertera dalam Kitab tersebut tidak sepenuhnya tepat. Mereka yakin, letusan Krakatau justru berlangsung di tahun 535, sebab tak ada bukti yang mengarahkan letusan terjadi di tahun 416 Sebelum Masehi. Letusan ini memberikan mengubah iklim dunia selama 535-536. Hal itu dicatat oleh sejarawan Kerajaan Bizantium di Eropa pada 536 di tengah pertempurannya dengan suku Vandal, Jerman.

"Sepanjang tahun ini merupakan pertanda yang paling menakutkan. Karena matahari mengeluarkan cahayanya tapi tak mencapai bumi, tampak seperti gerhana matahari."

Lewat bukunya 'An Investigation into the Origins of the Modern World', erupsi tersebut telah membentuk tiga pulau, yakni Verlaten (sekarang Sertung), Lang (sekarang Rakata Kecil) dan Rakata. Sementara, Krakatau yang dikenal dengan nama 'Gunung Api' selama berdirinya Dinasti Sailendra di Pulau Jawa mencatat gunung ini telah meletus hingga tujuh kali dalam rentang abad ke-9 dan ke-16. Letusan itu berlangsung pada 850, 950, 1050, 1150, 1320, dan 1530.
2.2 Ciri-Ciri dan Karakteristik Gunung Krakatau
          Gunung yang terkenal akan letusannya yang dahsyat ini terletak di Selat Sunda, dan berlokasi 6,102° LS 105,423 BT tepatnya di Selat Sunda. Pulau ini terdiri dari 3 buah gunung yaitu Gunung Rakata, Danan, dan Perbuatan.  Gunung api ini memiliki tinggi 813 meter diatas permmukaan laut yang bertipe gunung Kaldera (Mutya, 2016). Gunung krakatau terdiri dari 3 buah gunung yaitu Gunung Rakatau, Danan, dan Perbuatan.
2.3 Proses Erupsi Gunung Krakatau
          A. Fase Awal
                        Pada tanggal 20 Mei 1883, segumpal asap terlihat naik lebih dari 10 km di atas pulau Krakatau. Selama musim panas berikutnya kapal militer dan komersial juga melaporkan melihat awan. Pada bulan Agustus, abu dan batu apung ditemukan dimana-mana di Selat Sunda. Letusan kecil pada Krakatau dari Mei-Agustus adalah dari gunung berapi Perbuatan dan pada saat letusan utama Perbuatan telah menghancurkan hampir seluruh pelebaran kaldera di bawah pulau dan membangun lebih banyak tekanan.
           Pada sekitar 1:00 di sore hari, yang pertama disampaikan dalam serangkaian ledakan Krakatau ini yaitu akan ada terus sepanjang hari sampai letusan klimaks pada tanggal 27 Agustus. Ledakan pembukaan dihasilkan dan mendefinisikan shockwave yang disiagakan di desa-desa pesisir terdekat di pulau Jawa dan Sumatera. Sebuah kolom gas vulkanik hitam dengan cepat naik ke ketinggian lebih dari 25 km di atas Krakatau. Pada jam-jam mendatang karena ledakan intensif akan mencapai setidaknya 35 km. Kemudian serangkaian tsunami yang dihasilkan oleh dampak laut dari aliran piroklastik yang datang dari sisi-sisi pulau.
     Di 5:30 pertama dari empat ledakan dahsyat mulai di pulau Krakatau. Gelombang tsunami dari pulau berdebar garis pantai dan dekat abu dan batu apung jatuh berbondong-bondong di pulau-pulau sekitarnya. Pada 06:44 ledakan besar kedua datang dari Krakatau dimana  melepaskan efek yang sama. Akhirnya pada 10:02 ledakan kolosal berlangsung yang meniup pulau terpisah. Perbuatan dan Danan meletus dan jatuh ke dalam mengosongkan kaldera 250 m di bawah permukaan laut. Menambah ruang kosong itu Rakata sebagai setengah dari letusan gunung berapi meluncur ke laut menggusur volume besar dan menghasilkan tsunami besar. Secara total, 23 kilometer persegi pulau jatuh ke 6km kaldera yang luas. tanah bergetar di bangun dari ledakan yang terdengar lebih dari 4500 km dan diperkirakan sama dengan ledakan lebih 21.000 bom atom.

            B. Fase Klimaks
Setelah ledakan ketiga dan bencana Krakatau, tsunami besar yang dihasilkan oleh air yang dipindahkan sebagai pulau runtuh ke kaldera. Gelombang ini bergerak dengan kecepatan tinggi melintasi Selat Sunda mencapai ketinggian sekitar 40m tinggi sebelum membanting ke garis pantai terdekat. Tsunami kecil telah memukul desa setempat di hari sebelumnya letusan tapi tidak ada dibandingkan dengan gelombang raksasa ini. Banyak pulau-pulau pesisir kecil yang benar-benar tenggelam dan sebagai gelombang menghantam pulau daratan Jawa dan Sumatera itu dirusak kota dan desa sementara melucuti hampir semua vegetasi. Dalam beberapa kasus, seluruh kota-kota beberapa ribu orang hanyut di flash menghancurkan dan menandatangani mereka pernah ada. Account ada warga berebut pedalaman bukit untuk melarikan diri dari gelombang. Seringkali hanya bagian atas kecil bukit akan terhindar oleh arus besar meninggalkan mantan tetangga dalam perjuangan besar dengan satu sama lain, ketika mencoba untuk mempertahankan posisi aman dari gelombang.
           Banyak kapal di Selat Sunda pada saat letusan bertemu nasib yang sama seperti penduduk desa di pantai. Banyak yang tertangkap tidak menyadari di torrent dan dibuang di laut. Setelah kapal tersebut, Berouw (lihat kanan), dilakukan lebih dari satu mil pedalaman dan diendapkan pada 10m posisi di atas permukaan laut. Namun, beberapa kapal yang cukup beruntung untuk bermanuver kepala-pertama ke membengkak hanya menerima cedera ringan onboard.
           Ketika Krakatau meledak abu panas dan tephra dikirim luas menuruni sisi gunung berapi dan ke Selat Sundra. Aliran piroklastik ini, pada dasarnya guguran api dan batu, menyerbu melintasi selat untuk jarak sampai 40 km melanda kapal yang lewat dan desa-desa pesisir. Arus perjalanan dengan kecepatan lebih dari 100 km / jam hanya menyisakan sedikit waktu bagi orang untuk mengungsi dari lonjakan maju. Arus mampu bergerak cepat dan jarak yang besar karena dua alasan. Aliran piroklastik ini mungkin telah mencapai suhu lebih dari 700 derajat Celsius, yang darat akan menghanguskan apa saja yang dilaluinya. Namun, di laut terbuka aliran piroklastik akan berkedip merebus air seperti itu datang dalam kontak dengan itu memungkinkan seluruh lonjakan naik pada bantalan udara. Kurangnya gesekan dengan air atau tanah, sering dibandingkan dengan dan meja hoki udara, memungkinkan aliran untuk bergerak dengan kecepatan tinggi dan untuk waktu yang lama. Itu pantai selatan Sumatera yang paling terpukul oleh arus. Dari lebih dari 36.000 kematian, sekitar 4500 yang memberikan kontribusi terhadap aliran piroklastik yang mematikan yang akan tiba hanya setelah tsunami. Kemungkinan besar 4500 yang bertemu nasib mereka dengan arus telah mencapai tempat yang tinggi atau tempat penampungan untuk menghindari air bergegas hanya untuk ditelan oleh api dan abu.
Berikut adalah fakta-fakta singkat beberapa tentang ledakan dan dampaknya.
1.  23 km pulau persegi Krakatau ada pada ketinggian 450m di atas permukaan laut. Ledakan itu meratakan sebagian pulau untuk 250 m di bawah permukaan laut.
2.  Aliran piroklastik perjalanan sejauh 40 km dari pulau mengkonsumsi kapal melintasi api dan abu.
3.  Suara ledakan akhir terdengar lebih dari 4500 km dan ditutupi 1/13 dari permukaan bumi.
4.  Letusan dihasilkan tsunami 40m tinggi yang menghancurkan garis pantai terdekat.
5.  Korban tewas terakhir dari aliran piroklastik, bom vulkanik, dan tsunami dihitung menjadi menghancurkan 36.417.

2.4 Terbentuknya Anak Krakatau
Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5 meter (20 inci) per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 6 meter (20 kaki) dan lebih lebar 12 meter (40 kaki). Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 190 meter (7.500 inci atau 500 kaki) lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.
Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan ini akan terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.
Berkas:Indonesia, Sunda Straits.jpg
Anak Krakatau, Februari 2008
Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang, Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya. Anak Krakatau saat ini secara umum oleh masyarakat lebih dikenal dengan sebutan "Gunung Krakatau" juga, meskipun sesungguhnya adalah gunung baru yang tumbuh pasca letusan sebelumnya.



2.5 Dampak dari Letusan Gunung Krakatau
https://cdn0-a.production.images.static6.com/ov5M5COlB-WRFQc-ztzr-O-C868=/673x373/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1075806/original/046258500_1449231739-20151204-_Krakatau_1883.jpg
Letusan besar terakhir terdengar hingga 3.000 mil jauhnya, menimbulkan setidaknya 36.417 korban jiwa; 20 juta ton sulfur dilepaskan ke atmosfer; menyebabkan musim dingin vulkanik (mengurangi suhu di seluruh dunia dengan rata-rata 1.2 °C selama 5 tahun); dan letusan gunung api paling hebat dalam sejarah .
Pada tengah hari tanggal 27 Agustus 1883, hujan abu panas turun di Ketimbang (sekarang desa Banding, Kecamatan Rajabasa, Lampung). Kurang lebih 1.000 orang tewas akibat hujan abu ini di Rajabasa. Kombinasi aliran piroklastik, abu vulkanik, dan tsunami juga berdampak besar terhadap wilayah di sekitar Krakatau. Tak satupun yang selamat dari total 3.000 orang penduduk pulau Sebesi, yang jaraknya sekitar 13 km dari Krakatau. Aliran piroklastik menewaskan kurang lebih 1.000 orang di Ketimbang dan di pesisir Sumatera yang berjarak 40 km di sebelah utara Krakatau.
Jumlah korban jiwa yang dicatat oleh pemerintah Hindia Belanda adalah 36.417, namun beberapa sumber menyatakan bahwa jumlah korban jiwa melebihi 120.000 jiwa. Korban jiwa itu dinyatakan berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak di Kota Cilegon hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. Ada banyak laporan didokumentasikan dari kelompok tengkorak manusia yang mengambang di Samudra Hindia di atas rakit apung vulkanik dan menyapu pantai timur Afrika sampai satu tahun setelah letusan. Letusan itu sangat dahsyat, menurut catatan resmi colonial Hindia Belanda, 165 desa dan kota di dekat Krakatau hancur, dan 132 rusak berat karena awan panas dan tsunami.
Kapal-kapal yang berlayar jauh hingga ke Afrika Selatan juga melaporkan guncangan tsunami, dan mayat para korban terapung di lautan berbulan-bulan setelah kejadian. Kota Merak, Banten luluh lantak oleh tsunami, serta kota-kota di sepanjang pantai utara Sumatera hingga 40 km jauhnya ke daratan. Akibat letusan G. Krakatau, pulau-pulau di Kepulauan Krakatau hampir seluruhnya menghilang, kecuali tiga pulau di selatan. Gunung api kerucut Rakata terpisah di sepanjang tebing vertikal, menyisakan kaldera sedalam 250-meter (820 ft). Dari dua pulau di utara, hanya pulau berbatu bernama Bootsmansrots yang tersisa; Poolsche Hoedjuga menghilang sepenuhnya.
Sejarah mencatat letusan dahsyat Gunung Krakatau pada Senin, 27 Agustus 1883. Para ilmuwan menyebut kekuatannya setara dengan 100 Megaton bom nuklir atau setara 13.000 kali kekuatan bom atom yang meluluh lantakkan Hiroshima dan Nagasaki. Suaranya menggelegar, terdengar sampai 2.200 mil (3.500 km) sampai Australia dan 4.800 km di Kepulauan Rodrigues dekat Mauritius. Langit gelap beberapa hari setelahnya, dua pertiga bagian gunung tenggelam ke dasar laut, dan menciptakan gelombang tsunami yang menewaskan puluhan ribuan orang. Ombak pasang terpantau sampai Selat Inggris. Langit gelap beberapa hari setelahnya, dua pertiga bagian gunung tenggelam ke dasar laut, dan menciptakan gelombang tsunami yang menewaskan puluhan ribuan orang. Ombak pasang terpantau sampai Selat Inggris. Letusan Krakatau juga menciptakan fenomena angkasa lewat abu vulkaniknya. Abu yang muncrat ke angkasa, membuat Bulan berwarna biru.
Seperti dimuat situs Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), beberapa partikel abu Krakatau, memiliki ukuran 1 mikron (atau satu per sejuta meter), ukuran yang tepat untuk menghamburkan warna merah, namun masih memberi peluang bagi warna lain untuk menerobos. Sinar Bulan yang bersinar putih berubah menjadi biru, kadang hijau. Bulan berwarna biru bertahan bertahun-tahun pasca erupsi. Kala itu, tak hanya Bulan yang penampakannya berubah. Orang-orang saat itu juga menyaksikan Matahari berwarna keunguan seperti lavender. Dan untuk pertama kalinya, awan noctilucent, awan yang sangat tinggi, membiaskan cahaya pada senja ketika matahari telah tenggelam, mengiluminasi dan menyinari langit dengan sumber cahaya yang tak tampak.
Abu membuat senja seperti terbakar. "Orang-orang di New York, Poughkeepsie, dan New Haven sampai menghubungi pemadam kebakaran, karena terlihat seperti ada kebakaran," kata vulkanolog, Scott Rowland dari University of Hawaii. Fenomena bulan biru juga terlihat pada 1983, setelah letusan gunung berapi El Chichon di Meksiko. Juga pasca letusan Mt. St Helens di tahun 1980 dan Gunung Pinatubo pada tahun 1991.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, mengatakan letusan dahsyat Krakatau 1883 adalah yang ke dua yang terpantau sejarah.
Setahun setelah letusan, rata-rata suhu global turun 1,2° C. Letusan ini menyebabkan perubahan iklim global. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York. Suhu global rata-rata turun sebanyak 1,2 derajat Celsius sampai satu tahun setelah letusan.  Pola cuaca tetap tak beraturan selama bertahun-tahun, dan suhu tidak pernah normal hingga tahun 1888.
Tidak ada catatan sejarah yang mencatat berapa lama dampak yang ditimbulkan akibat letusan Gunung Krakatau dan dampak ikutannya seperti tsunami, longsor, wabah penyakit, gagal panen dan lainnya. Begitu juga jumlah masyarakat yang mengungsi juga tidak ada dalam catatan sejarah. Kerugian yang ditimbulkan akibat letusan Gunung Krakatau sangat besar. Belanda memerlukan waktu puluhan tahun untuk kembali membangun dan memulihkan perkebunan dan pertanian di wilayah Hindia Belanda. 


BAB III.
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
·         Pulau Krakatau meletus pada tahun 416 yang menghasilkan 3 gugusan pulau (Rakata, Panjang, dan Sertung).
·         Gunung Krakatau terletak diantara Selat Sunda.
·         Daya ledak Gunung Krakatau diperkirakan mencapai 30.000 kali bom Corpuscle yang diledakkan di Hiroshima dan Metropolis di akhir Perang Dunia II.
·         Letusan Krakatau menghasilkan musim dingin vulkanik (mengurangi suhu di seluruh dunia dengan rata-rata 1,2 °C selama 5 tahun), yang menyebabkan perubahan iklim global.
·         Pada tahun 1927, muncul Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya.
·         Gunung Krakatau meledak pada tanggal 27 Agustus 1883 yang berakibat menghancurkan tubuhnya sendiri.



DAFTAR PUSTAKA

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello everyone! My name is Hana. Wekcome to my blog!

4 comments:

  1. Replies
    1. hasil kerja keras ditambah air mataku, keringatku, dan darahku memperjuangkan nilai geografiku yang dibawah rata rata ;-;

      Delete
  2. Huwehehehe geo geo geo geo geo geo geo geo geo geo geo geo geo geo geo geo ggggeeeeooo

    ReplyDelete