Cerita Rakyat Jawa Timur
By Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures, CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=8601434
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang terletak di sebelah timur pulau jawa, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Madura, dan Provinsi Bali. Diresmikan pada tanggal 4 Maret 1950 berdasarkan UU No.2/1950 dengan beribukota di kota Surabaya dan memiliki semboyan Jer Basuki Mawa Bea yang artinya Kesuksesan Membutuhkan Pengorbanan. Jawa Timur memiliki 29 kabupaten, 9 kotamadya, 662 kecamatan, 782 kelurahan, dan 7.741 desa.
Banyak cerita daerah dari Provinsi Jawa Timur diantaranya:
1. Raden Inu Kertapati
Raden Inu Kertapati adalah putra mahkota kerajaan Jenggala. Ia telah bertunangan dengan Dewi Candra Kirana, putri kerajaan Kediri. Ada dua putri cantik dari kerajaan Kediri yaitu Dewi Candra Kirana dan Dewi Ajeng. Namun Raden Inu Kertapati sangat mencintai Dewi Candra Kirana.
2. Aryo Menak
Pada suatu ketika, saat tengah bulan Purnama, setelah lama berjalan di hutan lebat, Aryo Menak beristirahat di bawah sebuah pohon besar di pinggir sebuah danau. Pada saat duduk, dari kejauhan ia melihat suatu cahaya berpendar dari arah danau. Aryo Menak kemudian berjalan mengendap-ngendap mendekati sumber cahaya. Betapa terkejutnya Aryo Menak setelah mengetahui bahwa cahaya tersebut berasal dari tujuh orang bidadari langit tengah mandi di danau.
3. Asal Usul Kota Banyuwangi
Alkisah, zaman dahulu di daerah ujung timur Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar. Kerajaan tersebut diperintah seorang Raja adil bijaksana. Sang Raja memiliki seorang putra gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu di hutan.
4. Joko Dolog
Menurut legenda, Joko Dolog merupakan sebuah patung yang konon merupakan penjelmaan dari tubuh Pangeran Jaka Taruna putra adipati Kediri. Menurut cerita, Jaka Taruna ingin mempersunting Purbawati, putri Adipati Jayengrana. Adipati Jayengrana merupakan adipati Surabaya. Tapi Jaka Taruna kalah bertarung melawan Pangeran Situbondo dan juga Jaka Jumput hingga akhirnya berubah menjadi patung.
5. Asal Usul Nama Surabaya
Alkisah, zaman dahulu hidup seekor buaya besar bernama Baya. Ia mempunyai musuh bebuyutan seekor ikan hiu besar bernama Sura. Hampir setiap hari keduanya berkelahi. Karena sama-sama kuat, tangguh, dan tangkas, tidak ada yang menang maupun kalah. Jika keduanya tengah berkelahi, perairan di sekitarnya akan menjadi bergelombang besar dan keruh. Hewan-hewan yang hidup disekitar mereka merasa terganggu. Hewan-hewan lainnya berusaha untuk mendamaikan keduanya. Namun Sura & Baya terus saja bermusuhan.
6. Damar Wulan dan Menak Jingga
Damar Wulan adalah seorang pemuda sakti mandraguna. Ia berjasa membantu penguasa Kerajaan Majapahit, Ratu Ayu Kencana Wungu. Damar Wulan berhasil mengalahkan Menakjingga, seorang adipati di daerah Blambangan yang sakti mandraguna tapi berhati kejam juga sering berlaku sewenang-wenang.
7. Cindelaras
Menceritakan kisah putra Raja Jenggala dengan Sang Permaisuri. Ibu Cindelaras, Sang Permaisuri mendapat fitnah dari selir Raja hingga akhirnya diasingkan ke hutan saat sedang mengandung Cindelaras oleh Raden Putra, Raja Jenggala. Cindelaras sendiri dilahirkan di hutan. Namun akhirnya Cindelaras mampu membuktikan pada Raja Jenggala bahwa ibunya tidak bersalah.
8. Keong Emas
Alkisah Prabu Kertamarta, Raja Kerajaan Daha, memiliki dua orang putri, Galuh Ajeng dan adiknya, Candra Kirana. Si sulung, Galuh Ajeng memiliki paras cantik, namun Candra Kirana jauh lebih cantik. Si Bungsu Candra Kirana telah memiliki tunangan, yaitu seorang pangeran tampan, putra mahkota Kerajaan Kahuripan bernama Raden Inu Kertapati. Diam-diam Si Sulung, Galuh Ajeng juga mencintai Raden Inu Kertapati. Oleh karenanya ia sangat iri melihat keberuntungan Candra Kirana. Galuh Ajeng kemudian mempunyai niat jahat menyingkirkan adiknya dari istana Kerajaan Daha.
9. Burung Gagak yang Sombong
Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor burung gagak di hutan belantara. Ia hidup bersama dengan kawanan burung gagak lainnya. Suatu hari, si burung gagak menemukan rontokan bulu burung merak yang indah. Walaupun hanya rontokan bulu, namun bulu-bulu tersebut masih terlihat indah.
10. Buah Jeruk Emas
Dahulu pernah bertahta seorang raja adil dan bijaksana di sebuah kerajaan di pulau Jawa. Sang raja mendapatkan wangsit atau bisikan gaib dari dari dewata, bahwa di seluruh wilayah kerajaan yang dipimpinnya akan ditimpa wabah. Sang dewa memberi bisikan bahwa raja harus membuat sayembara ke seluruh rakyat untuk mencari buah jeruk emas sebagai tumbal penolak wabah.
11. Asal Mula Ayam Hutan
Sudah sejak dari jaman dahulu, ayam hidup berdampingan dengan manusia. Namun pada suatu ketika, ada sebuah keluarga ayam yang memutuskan untuk meninggalkan perkampungan manusia dan hidup di hutan. Merekalah nenek moyang ayam hutan.
12. Orang Desa Tingan Tidak Boleh Berjodohan Dengan Orang Desa Kapal
Adalah Kyai Tapiogo seorang Begedhe desa Tingan. Ia berasal dari Sendang Darajat. Di suatu hari, Kyai Tapiogo melakukan sedekah bumi dan mengundang Begedhe desa Kapal. Begedhe kedua desa tersebut awalnya hanya mengobrol biasa namun lambat laun keduanya saling berbantahan. Akhirnya Begedhe desa Kapal kalah dalam perdebatan tersebut.
13. Kyai Bonten dan Ki Jalono
Konon, di dusun Kudur, jika ada kematian, maka pasti dua orang meninggal bersamaan waktunya. Menurut cerita, kejadian ini terkait dengan hubungan Kyai Bonten dan Ki Jalono.
9. Burung Gagak yang Sombong
Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor burung gagak di hutan belantara. Ia hidup bersama dengan kawanan burung gagak lainnya. Suatu hari, si burung gagak menemukan rontokan bulu burung merak yang indah. Walaupun hanya rontokan bulu, namun bulu-bulu tersebut masih terlihat indah.
10. Buah Jeruk Emas
Dahulu pernah bertahta seorang raja adil dan bijaksana di sebuah kerajaan di pulau Jawa. Sang raja mendapatkan wangsit atau bisikan gaib dari dari dewata, bahwa di seluruh wilayah kerajaan yang dipimpinnya akan ditimpa wabah. Sang dewa memberi bisikan bahwa raja harus membuat sayembara ke seluruh rakyat untuk mencari buah jeruk emas sebagai tumbal penolak wabah.
11. Asal Mula Ayam Hutan
Sudah sejak dari jaman dahulu, ayam hidup berdampingan dengan manusia. Namun pada suatu ketika, ada sebuah keluarga ayam yang memutuskan untuk meninggalkan perkampungan manusia dan hidup di hutan. Merekalah nenek moyang ayam hutan.
12. Orang Desa Tingan Tidak Boleh Berjodohan Dengan Orang Desa Kapal
Adalah Kyai Tapiogo seorang Begedhe desa Tingan. Ia berasal dari Sendang Darajat. Di suatu hari, Kyai Tapiogo melakukan sedekah bumi dan mengundang Begedhe desa Kapal. Begedhe kedua desa tersebut awalnya hanya mengobrol biasa namun lambat laun keduanya saling berbantahan. Akhirnya Begedhe desa Kapal kalah dalam perdebatan tersebut.
13. Kyai Bonten dan Ki Jalono
Konon, di dusun Kudur, jika ada kematian, maka pasti dua orang meninggal bersamaan waktunya. Menurut cerita, kejadian ini terkait dengan hubungan Kyai Bonten dan Ki Jalono.
14. Irapati dan Seekor Buaya
Alkisah pada zaman dahulu kala, hidup seorang ibu bernama Mbah Irapati yang disegani oleh penduduk di sepanjang sungai Kuning karena memiliki kesaktian. Ia memiliki seorang anak. Mbah Irapati sangat menyayangi anaknya. Di suatu hari, anak Mbah Irapati mandi di tepi sungai Kuning. Tanpa disadarinya, seekor buaya lapar mendekat. Dengan secepat kilat si buaya menyambar si anak hingga tewas.
15. Orang Desa Tanggungan Tidak Boleh Makan Ikan Tageh
Pada masa perang perjuangan melawan Kompeni Belanda, Sura Alap Alap diberi tugas sebagai pimpinan Rajekwesi di sebelah timur. Perang antara pejuang pribumi melawan Kompeni berlangsung tidak seimbang karena persenjataan pasukan pribumi yang tidak memadai. Khawatir akan jatuhnya banyak korban jiwa, Sura Alap Alap lantas memerintahkan seluruh pasukannya, yang merupakan penduduk dusun situ juga, untuk pergi meninggalkan dusun tersebut.
16. Asal Mula Kata Babah
Orang Jawa biasa memanggil orang Tionghoa dengan sebutan “Babah”. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, asal mula kata Babah berasal dari kata “Mbabah” yang artinya mencari jalan. Konon, dongeng ini dibuat-buat oleh etnis Tionghoa di Indonesia untuk menjaga jarak dengan etnis Jawa.
17. Asal Mula Pohon Jati Besar-Besar
Konon pada jaman dahulu pohon jati berukuran kecil-kecil. Tidak berukuran besar seperti sekarang. Ukuran pohon jati membesar pada masa kerajaan Medang Kamulan terkait raja Medang yang menguburkan anaknya hidup-hidup karena merasa malu.
18. Burung Gelatik dan Burung Betet
Berikut ini adalah sebuah cerita rakyat dari Jawa Timur mengenai asal mula mengapa burung Gelatik memiliki lambung atau teleh di tengkuknya dan mengapa burung Betet berparuh bengkok. Alkisah pada jaman Nabi Sulaiman tengah terjadi musim paceklik. Penyebabnya adalah banyak penyakit yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan pangan sulit didapat.
19. Asal Mula Mengapa Sungai Berkelok-Kelok
Sungai Brantas berkelok-kelok dan airnya tidak pernah habis. Hulu sungai Brantas berada di daerah Malang kemudian mengalir ke selatan hingga ke Blitar, berbelok ke Kediri dan akhirnya berbelok lagi ke Surabaya. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, mengapa sungai berkelok-kelok dan airnya tidak pernah habis dikaitkan dengan ular-ular yang bertapa di gunung-gunung.
20. Sandhekala
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, pada saat hari mulai senja, Den Bagus Sandhekala akan berjalan-jalan. Den Bagus Sandhekala senang memakan kepala harimau atau kepala maling. Den Bagus Sandhekala juga senang memakan kepala anak yang suka bermain-main di luar rumah pada waktu senja tiba. Den Bagus adalah nama panggilan bagi orang muda yang dihormati, sedang Sandhekala sendiri berarti senjakala atau waktu hari senja.
21. Hai Hai Aku Sudah Tahu
Pada jaman dahulu hiduplah seorang kakek miskin bersama anak laki-lakinya yang masih kecil. Istrinya telah lama meninggal. Si kakek sedih memikirkan nasib anaknya yang masih kecil. Ia merasa bahwa hidupnya tidak akan lama lagi namun tidak memiliki apapun untuk diwariskan kepada anaknya selain ilmu yang berasal dari gurunya dulu.
22. Pak Mendong dan Mbok Mendong
Keluarga Pak Mendong sangatlah miskin. Saking miskinnya, mereka seringkali tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Dipanggil Pak Mendong karena pekerjaannya sehari-hari adalah membuat tikar mendong. Dibantu istrinya, mereka membuat tikar untuk dijual ke kota. Mereka memiliki seorang anak yang masih kecil bernama Sumi. Badan anak itu kurus karena kurang makan. Pakaiannya compang-camping. Mereka tinggal di sebuah gubug kecil dengan halaman sempit.
23. Paduan Nama yang Baik
Menurut orang Madura, jika suami dan istri memiliki paduan nama yang baik, maka mereka akan mendapatkan keberuntungan. Begitulah kepercayaan di Madura. Berikut ini cerita rakyat Jawa Timur mengenai sepasang suami istri Lasmudin dan Mukdima yang mendapatkan keberuntungan karena mereka memiliki paduan nama yang baik.
24. Benda Ajaibnya Kucing
Alkisah hidup sebuah keluarga yang dikenal sebagai keluarga yang sabar, Pak Sabar dan Bu Sabar. Kehidupan mereka sangatlah miskin. Saking miskinnya mereka kerapkali sehari dua hari tidak makan karena tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Namun demikian, mereka tidak mengeluh dan tetap sabar dalam menjalani kehidupan.
25. Menantu Pak Kyai
Alkisah ada seorang pemuda. Ia tidak bisa mengaji maupun sembahyang. Tapi si pemuda memiliki keinginan kuat memiliki istri anak Pak Kyai. Cerita ini berasal dari Jawa Timur. Kebetulan Pak Kyai di kampung memiliki dua orang anak perempuan yang masih gadis. Si pemuda pernah mendengar Pak Kyai menasihati anaknya, bahwa ia ingin memiliki menantu yang hapal Qur'an tiga puluh juz. Jika tidak hapal Qur'an, maka Pak Kyai tidak akan menerimanya sebagai menantu.
Orang Jawa biasa memanggil orang Tionghoa dengan sebutan “Babah”. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, asal mula kata Babah berasal dari kata “Mbabah” yang artinya mencari jalan. Konon, dongeng ini dibuat-buat oleh etnis Tionghoa di Indonesia untuk menjaga jarak dengan etnis Jawa.
17. Asal Mula Pohon Jati Besar-Besar
Konon pada jaman dahulu pohon jati berukuran kecil-kecil. Tidak berukuran besar seperti sekarang. Ukuran pohon jati membesar pada masa kerajaan Medang Kamulan terkait raja Medang yang menguburkan anaknya hidup-hidup karena merasa malu.
18. Burung Gelatik dan Burung Betet
Berikut ini adalah sebuah cerita rakyat dari Jawa Timur mengenai asal mula mengapa burung Gelatik memiliki lambung atau teleh di tengkuknya dan mengapa burung Betet berparuh bengkok. Alkisah pada jaman Nabi Sulaiman tengah terjadi musim paceklik. Penyebabnya adalah banyak penyakit yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan pangan sulit didapat.
19. Asal Mula Mengapa Sungai Berkelok-Kelok
Sungai Brantas berkelok-kelok dan airnya tidak pernah habis. Hulu sungai Brantas berada di daerah Malang kemudian mengalir ke selatan hingga ke Blitar, berbelok ke Kediri dan akhirnya berbelok lagi ke Surabaya. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, mengapa sungai berkelok-kelok dan airnya tidak pernah habis dikaitkan dengan ular-ular yang bertapa di gunung-gunung.
20. Sandhekala
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, pada saat hari mulai senja, Den Bagus Sandhekala akan berjalan-jalan. Den Bagus Sandhekala senang memakan kepala harimau atau kepala maling. Den Bagus Sandhekala juga senang memakan kepala anak yang suka bermain-main di luar rumah pada waktu senja tiba. Den Bagus adalah nama panggilan bagi orang muda yang dihormati, sedang Sandhekala sendiri berarti senjakala atau waktu hari senja.
21. Hai Hai Aku Sudah Tahu
Pada jaman dahulu hiduplah seorang kakek miskin bersama anak laki-lakinya yang masih kecil. Istrinya telah lama meninggal. Si kakek sedih memikirkan nasib anaknya yang masih kecil. Ia merasa bahwa hidupnya tidak akan lama lagi namun tidak memiliki apapun untuk diwariskan kepada anaknya selain ilmu yang berasal dari gurunya dulu.
22. Pak Mendong dan Mbok Mendong
Keluarga Pak Mendong sangatlah miskin. Saking miskinnya, mereka seringkali tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Dipanggil Pak Mendong karena pekerjaannya sehari-hari adalah membuat tikar mendong. Dibantu istrinya, mereka membuat tikar untuk dijual ke kota. Mereka memiliki seorang anak yang masih kecil bernama Sumi. Badan anak itu kurus karena kurang makan. Pakaiannya compang-camping. Mereka tinggal di sebuah gubug kecil dengan halaman sempit.
23. Paduan Nama yang Baik
Menurut orang Madura, jika suami dan istri memiliki paduan nama yang baik, maka mereka akan mendapatkan keberuntungan. Begitulah kepercayaan di Madura. Berikut ini cerita rakyat Jawa Timur mengenai sepasang suami istri Lasmudin dan Mukdima yang mendapatkan keberuntungan karena mereka memiliki paduan nama yang baik.
24. Benda Ajaibnya Kucing
Alkisah hidup sebuah keluarga yang dikenal sebagai keluarga yang sabar, Pak Sabar dan Bu Sabar. Kehidupan mereka sangatlah miskin. Saking miskinnya mereka kerapkali sehari dua hari tidak makan karena tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Namun demikian, mereka tidak mengeluh dan tetap sabar dalam menjalani kehidupan.
25. Menantu Pak Kyai
Alkisah ada seorang pemuda. Ia tidak bisa mengaji maupun sembahyang. Tapi si pemuda memiliki keinginan kuat memiliki istri anak Pak Kyai. Cerita ini berasal dari Jawa Timur. Kebetulan Pak Kyai di kampung memiliki dua orang anak perempuan yang masih gadis. Si pemuda pernah mendengar Pak Kyai menasihati anaknya, bahwa ia ingin memiliki menantu yang hapal Qur'an tiga puluh juz. Jika tidak hapal Qur'an, maka Pak Kyai tidak akan menerimanya sebagai menantu.
ABOUT THE AUTHOR
Hello everyone! My name is Hana. Wekcome to my blog!
0 comments:
Post a Comment